Sabtu, 05 Juni 2010

Hubungan Manusia (saya sebagai individu) Dengan Cita-cita Dan Terhadap Tuhan Yang Telah Menciptakan

Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991: 23). Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.

Cita-cita, berikut kutipan dar Bapak Mario Teguh dalam programnya “Golden Ways”. Beliau mengatakan bahwa cita-cita terbagi menjadi 3 kategori. Kategori yang pertama adalah Punya, kedua adalah Jadi dan ketiga adalah Bisa.

Penjelasan kategori yang pertama adalah punya, untuk menggapai cita-cita, terlebih dahulu kita harus “punya”, misalnya kita harus mempunyai buku pedoman ,skill dan pengalaman untuk pegangan atau bekal untuk meraih sukses. “Punya” merupakan target paling sederhana. Kemudian, kategori kedua adalah “Jadi”, jadilah sesuatu yang memungkinkan anda punya. Orang yang punya seringkali lupa tidak jadi sesuatu, misalnya orang yang memimpikan rumah, mobil begitu. Tetapi, orang tersebut tidak memimpikan diri yang ahli, pribadi yang tangguh dihadapan fitnah, pribadi yang tabah dalam kegagalan. Apabila kita memiliki cita-cita, maka bercita-cita lah yang berguna untuk orang lain. “Guna” merupakan control dari ketiga kategori tersebut. Dalam menggapai cita-cita, seringkali kita meniru setelah orang menjadi sukses, tetapi kita tidak meniru bagaimana prosesnya orang tersebut menjadi sukses.

Cita-cita dapat dicapai dengan proses, caranya adalah berusaha dan meminta kepada sang pencipta. Untuk menggapai cita-cita, harus diiringi tekad yang bulat dan tidak mudah putus asa. Namun, ketika kita berusaha, jangan hanya niat untuk menggapai cita-cita semata. Misalnya, jika kita sekolah jangan hanya berniat atau bertujuan ingin menjadi orang sukses , mempunyai harta yang berlimpah dan tentu saja cita-cita yang tercapai. Tetapi, niat kan terlebih dahulu ingin menjalankan ibadah. Dalam Agama Islam, jika kita melakukan sesuatu senantiasa mengharap Ridho Allah SWT. Jika niat kita sudah niat karena Tuhan, atau dalam Islam Lillahi Ta’ala, Insya Allah akan diberi kemudahan dalam usaha kita untuk mencapai cita-cita. Berusaha semaksimal mungkin, dengan diiringi Do’a, dorongan atau motivasi dari Orang Tua dan orang terdekat akan mampu memudahkan menggapai cita-cita.

Kita semua dan saya pribadi pun tentu saja memiliki cita-cita. Tercapai atau tidak saya percaya bahwa Allah sudah mengatur segala yang terbaik untuk umatnya. Tetapi dalam penggapaian cita-cita itupun harus diiringi niat dan usaha karena tidak mungkin tercapai cita-cita tersebut tanpa usaha dan niat. Sama seperti kebanyakan anak kecil sebaya, pasti punya cita-cita ingin menjadi dokter, guru, dll. Tetapi seiring berjalannya waktu cita-cita masa kecil itu pun terus berubah-ubah dan banyak pertimbangan yang kita pikirkan sehingga sampai akhirnya kita memutuskan untuk mengambil suatu cita-cita yang kita inginkan untuk masa depan kita menjadi lebih baik.

Kita semua dan saya pribadi sebagai makhluk ciptaan Allah swt tentu saja senantiasa bersyukur terhadap segala nikmat yang telah di diberikan, terutama kita manusia adalah mahluk yang paling sempurna. Karena segala sesuatu yang kita miliki adalah kuasa tuhan. Bentuk dari rasa bersyukur kita kepada tuhan adalah dengan menjalani semua perintahnya dan menjauhi segala laranganya. Dalam hukum islam banyak bentuk aktifitas-aktifitas untuk melakukan ibadah terhadap Allah swt antara lain shalat, membaca ayat-ayat allah seperti alquran dan lain-lain, berpuasa, zakat, dzikir, haji bila mampu. Dengan ibadah tersebut kita bisa selalu mengingat Allah dan terus bersyukur terhadap pencipta kita.